Cari Artikel di Blog Ini

Selasa, 27 November 2018

Ibu,Jagalah Kesehatanmu untuk Masa Depan Bayimu

Akhir-akhir ini sering dapet kisah tentang (lagi-lagi) bayi-bayi yang GTM. Tapi kali ini ada yg menarik…
Ibunya ternyata status gizinya juga kurang. Emang ada hubungannya? Mari kita cek, dimulai dengan perjalanan janin di dalam kandungan dulu...

Status gizi ibu ketika terjadi pembuahan berpengaruh terhadap status gizi janin.

Ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis harus membagi asupan kalorinya untuk :
1. Mengatasi kebutuhannya sendiri
2. Membagi asupannya dengan janin, sebagai kompensasinya asupan ke janin akan berkurang karena terambil untuk kebutuhan dasar ibunya.
Oleh karena itu ibu yang mengalami kekurangan nutrisi akan mengakibatkan :
1. Kerusakan otak dan sumsum tulang belakang bayi
2. Berat badan lahir rendah

Kebutuhan energi ibu sampai melahirkan adalah 80.000 kkal dan pada trimester tiga energi akan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Protein yang dibutuhkan hingga melahirkan sebesar 925 gram yang sebagian besar sebaiknya dicukupi melalui protein hewani karena nilai biologisnya yang tinggi sehingga mudah diserap tubuh.
Zat besi dibutuhkan sebanyak 30 mg per hari
Asam folat adalah vitamin yang kebutuhannya pada masa kehamilan meningkat 2x lipat. Kekurangan asam folat menyebabkan _restless leg syndrome_  jika defisiensi berlangsung lama dapat menyebabkan anemia, berat badan lahir rendah, ablasio plasenta dan neural tube defect. Kebutuhannya hanya 0,4 mg per hari.
Kekurangan vitamin B12 menyebabkan ibu hamil mudah lelah, sumber utamanya dari lauk hewani.
Defisiensi vitamin D menyebabkan gangguan metabolisme pada ibu dan janin
Defisiensi yodium ketika hamil dapat menyebabkan hipotiroidisme dan akibatnya anak bisa mengalami kretinisme.

Ketika berlanjut ke fase menyusui :

Untuk menghasilkan 100 cc ASI dibutuhkan energi sebesar 80-90 kkal.
Rata-rata ibu dengan status gizi baik akan menghasilkan 700-800 cc ASI per hari, namun jika status gizinya kurang akan menghasilkan 500-600 cc saja.

Namun seringkali ada faktor penyebab terhambatnya pengeluaran ASI : kurang percaya diri dan kurangnya ilmu tentang menyusui sehingga ketika lingkungan kurang memahami tentang ilmu menyusui ibunya ikut terbawa suasana maupun merasa tertekan karena komentar dari lingkungan.

Kemudian seringkali ketika bayi mengalami masalah ibu bertanya “apa ASI saya jelek kualitasnya? Apa ASI saya nggak enak?”

Sementara mereka nggak mengevaluasi bagaimana asupan terhadap dirinya sendiri. Sibuk memikirkan kecukupan bayi tanpa menghiraukan bagaimana asupan sumbernya. Padahal ASI selalu mengambil yang terbaik yang ada pada diri ibunya. ASI diambil dari yg terbaik dari yg dimiliki ibunya. Kalau ibunya kurang gizi ya pokoknya diambil apa yg bisa diambil. Kalau makannya kurang kalsium ya kalsium gigi sama tulang ibunya yang digerogotin, Tinggal badan ibunya aja nanti yang semakin rapuh. Kalau ibunya makanannya nggak bervariasi, kurang vitamin dan mineral, ya badan anaknya akan menyesuaikan. Menyesuaikan dengan kekurangan, lama2 badannya ga bertambah tinggi sesuai usianya, berat badan nggak mencukupi kebutuhannya kemudian lama2 akan kelihatan lebih pendek dari teman2nya dan akhirnya stunting.

Beranjak besar memasuki MPASI drama berubah menjadi anak semakin aktif tapi ada yang mengalami ogah makan karena berbagai faktor akhirnya berat badan tidak naik atau karena imunitas rendah jadi sakit-sakitan, tambah nggak mau makan. Kalori yang masuk kurang, kalori yang keluar besar. Akhirnya defisit kalori.
Seharusnya kalau anaknya aktif ➡ anak makin mudah lapar ➡ makin banyak kalori yg masuk ➡ BB naik sesuai standar kenaikan berat minimal.
Ketika BB turun dan anak semakin aktif kalau saya mending curiga makannya kurang daripada anaknya malah jd gagal tumbuh karena berlindung di balik "habis anaknya aktif sih". Kalau sampai turun artinya kalori yg keluar lebih banyak daripada yg masuk dalam jangka waktu yg lama.

Bisa baca juga tulisan tentang stunting di sini :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155929800632875&id=682257874

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155934365082875&id=682257874

Seribu hari pertama kehidupan :
https://m.facebook.com/notes/pramitha-sari/optimalkan-gizi-si-kecil-di-1000-hari-pertama-kehidupannya/10153580234008449/?__tn__=H-R

Love,
Your Dietisien

Selasa, 06 November 2018

Bersahabat dengan growth chart yuk

📐 Untuk penimbangan berat badan, beberapa hal ini yang perlu diperhatikan :
1. Gunakanlah timbangan yang sama dalam setiap kali penimbangan.
2. Pastikan timbangan yang digunakan terkalibrasi dengan baik. 3. Pastikan popok bayi bersih (karena popok yang penuh akan menambah secara signifikan berat badan , terutama untuk bayi kecil).
4. Bayi mengenakan baju yang tipis/telanjang bila memungkinkan, selama penimbangan
Sementara untuk pengukuran panjang/tinggi badan, pastikan badan bayi lurus terutama kaki, saat diukur dalam posisi tidur, serta bayi telanjang kaki/ tidak memakai sepatu dll.
📐Walaupun growth chart adalah alat ukur yang penting, alangkah baiknya jika dokter & orangtua tidak hanya fokus pada angka-angka dalam grafik. Dan perlu diingat juga bahwa menilai pertumbuhan bayi tidak bisa dilihat dari kondisi satu waktu atau dari penampakan
bayi saja.
Jadi, gunakan Growth Chart sebagai alat untuk menilai POLA atau TREND pertumbuhan anak, bukan dilihat angka per angka saja.
Grafik pertumbuhan akan sangat bermanfaat jika dilihat sebagai pola pertumbuhan anak dibandingkan dengan melihat angka per angka.
📐 Oh ya, selain paper-based (ditulis di kertas grafik), plotting ini bisa juga dengan menggunakan aplikasi PrimaKu atau WHO Anthro.
Lebih mudah dengan aplikasi PrimaKu yang bisa didownload gratis dari Playstore.
📐 Samakah growth chart WHO ini dengan grafik yang sering ada di KMS (kartu menuju sehat, biasa dibagikan di posyandu-posyandu atau oleh bidan) maupun buku KIA (kesehatan ibu dan anak, biasanya diperoleh dari dokter atau rumah sakit)?
Secara garis besar sama, tetapi yang perlu diperhatikan adalah sekarang masih banyak beredar KMS versi lama yang didasarkan pada growth chart WHO versi terdahulu.

Kenapa sih growth chart aja dibahas? Ya daripada capek mikirin apa komentar orang soal penampakan fisik anak, kan lebih baik menenangkan hati karena tahu dengan pasti apakah tumbuh kembang si anak berjalan dengan semestinya atau tidak? So, keep your eyes on growth chart, Mommies!

Referensi
📖 Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Dasar, Departemen Kesehatan RI, 2005
📖 Fikawati,Sandra,dkk. Gizi Anak dan Remaja. Depok : Rajawali Press. 2017
🖥http://cdc.gov/growthcharts/
🖥 http://www.who.int/childgrowth/en
🖥 Understanding the growth percentile yang diterjemahkan secara bebas oleh Luluk L. Soraya
🖥 http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pemantauan-pertumbuhan-anak
🖥 http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1
🖥 http://www.who.int/childgrowth/software/en/
🖥 https://theurbanmama.com/articles/growth-chart.html
🖥 http://doctormums.com/mengenal-kurva-who-sebagai-acuan-pertumbuhan-anak/
🖥 https://fatriatmokohs.com/growth-chart-dan-cdc/
🖥 http://www.who.int/childgrowth/standards/en/
🖥 https://www.cdc.gov/growthcharts/who_charts.htm
🖥 http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/MASTER%20BUKU%20KIA%20REVISI%20TH%202016%20(18%20MAR%2016).pdf